Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2022

AL QUR'AN SURAT AL INFITHAR AYAT 7

Dalam Al Qur'an Surat Al Infithar Ayat 7 خَلَقَكَ فَسَوَّىٰكَ فَعَدَلَكَ " allażī khalaqaka fa sawwāka fa ‘adalak" " Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang" Allah menyebutkan kenikmatan yang telah diberikan-Nya kepada manusia. Bahwasanya di antara kenikmatan yang diberikan Allah adalah penciptaan diri manusia  dalam bentuk yang sempurna dan menjadikannya memiliki bentuk yang seimbang. Bentuk tubuh yang dimiliki oleh manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah dengan indera dan organ tubuh yang lengkap, salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Kita sering kali menjumpai kutipan bahasa arab, “Bergeraklah, sesungguhnya di dalam pergerakan itu terdapat berkah”. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeleta

Aspek Makna Badaniah Menegakkan Punggung dan Melapangkan Dada

Al Qur'an dalam Surat Al Insyirah ayat 1-3  1. أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ  A lam nasyraḥ laka ṣadrak Artinya: Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 2. وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ Wa waḍa'nā 'angka wizrak Artinya: Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. ٱلَّذِىٓ أَنقَضَ ظَهْرَكَ Allażī angqaḍa ẓahrak Artinya: Yang memberatkan punggungmu? Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H Allah subhanaahu Wa Ta'ala menjelaskan nikmat_nya kepada nabi-Nya Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. " Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?," Pertanyaan di sini dijelaskan oleh para ulama: Itu adalah pertanyaan untuk penetapan, pertanyaan yang seperti ini sangat banyak dalam al-Quran.  "Maknanya: Kami meluaskannya, kelapangan disini adalah kelapangan secara batin bukan secara bentuk nyata, kelapangan dada di sini kelapangan meneriman ketentuan Allah 'Azza wa Jalla, baik itu ketentuan syari&

SUJUD, DAN KEUNTUNGAN MEKANIKA BAHU

  Sujud secara bahasa bermakna tunduk, merendahkan diri dan meletakkan dahi di atas tanah. Dan sujud dalam shalat memiliki arti gerakan khusus meletakkan dahi di atas tanah sebagai bentuk tunduk dan penghambaan diri kepada Allah azza wa jalla. Sujud merupakan fardhu dan rukun shalat.  ( Sebagaimana firman Allah azza wa jalla: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ “Wahai orang-orang yang beriman ruku’lah, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu.”  Anggota Badan Yang Menempel Ketika melakukan gerakan sujud, diwajibkan menempelkan anggota tubuh yang berjumlah tujuh, yaitu: dahi disertai hidung,    kedua tangan, kedua lutut dan kedua kaki. Dalil yang mendasari hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الجَبْهَةِ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَاليَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ القَدَمَيْنِ “Aku diperintah

POSISI RUKU' MENJAGA POSTURAL TUBUH DALAM KAJIAN ANATOMIS (1)

  Ruku' disyariatkan dalam shalat, yaitu setelah berdiri membaca ayat Al Qur’an, kemudian bertakbir intiqal, baru setelah itu ruku'.  Di antara dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah   radhiallahu’anhu   yang dikenal dengan hadits   al musi’u shalatuhu , yaitu tentang seorang shahabat yang belum paham cara shalat, hingga Nabi   Shallallahu’alaihi Wasallam   mengajarkan bagaimana cara shalat yang benar dan sah. Nabi   Shallallahu’alaihi Wasallam   bersabda kepadanya: إذا قمت إلى الصلاة فكبر واقرأ ما تيسر معك من القرآن، ثم اركع حتى تطمئن راكعا “ Jika engkau hendak shalat, bertakbirlah dan bacalah apa yang engkau mampu dari Al Qur’an, lalu rukuk dengan tuma’ninah… ” (HR. Bukhari 757, Muslim 397). Ruku' adalah salah satu Rukun Shalat. Jika seseorang meninggalkan ruku' atau tidak ruku' dengan sempurna maka tidak sah shalatnya. Posisi badan ketika ruku' 1. Membungkukkan badan. Sebagaimana dalam hadits Abu Humaid As Sa’idi  radhiallahu’anhu , beliau berkata: أنا كنتُ